Kenapa SID tampil minus one/mixing di TV?
Menanggapi pertanyaan yang sering ditujukan kepada SID terkait penampilan kami di stasiun-stasiun TV nasional.
Tukang protes bertanya:
"Kenapa SID sering tidak tampil full live band kalau main di TV? Gak seru!"
Sebelum menjawab, kami ingin menjelaskan tampil dengan format tidak full live band memiliki beberapa istilah teknis, yang sering dipakai antara lain:
1. 'Minus One' yaitu ketika hanya vokal saja yang live sementara instrumen lainnya tidak.
Tehnik yang sama persis seperti ketika kita ber-karaoke.
2. 'Lip Sync' atau 'Playback' yaitu ketika semua instrumen termasuk vokal tidak ada yang live, semuanya diputar ulang. Tehnik ini juga selalu dilakukan oleh semua band dalam proses shooting video clip.
Dalam kasus SID, kami sama sekali tidak pernah melakukan 'Lyp Sync' atau 'Playback' di stasiun TV manapun. Yang kadang kami lakukan selama ini adalah tehnik 'Minus One'
Dan ini adalah alasannya, mohon diresapi:
1. Kendala teknis dan keterbatasan fasilitas yang dimiliki stasiun TV adalah alasan terbesar kenapa SID kadang harus memilih melakukan Minus One. Walaupun kita selalu fight dan berusaha untuk bisa tampil full live, kadang pihak TV memang tidak memiliki alat-alat yang mendukung. Mohon diingat, tampil live dan disiarkan di TV membutuhkan lebih banyak alat broadcast dan teknis nya lebih rumit daripada sekedar tampil live saja.
Alasan teknis inilah yang kadang membuat stasiun TV tidak bisa memberi SID fasilitas untuk tampil live. SID sadar jika keadaan memang tidak memungkinkan kami harus tahu diri dan bisa memanfaatkan apa yang ada.
2. Stasiun-stasiun TV tersebut BUKAN milik SID dan kami bukan tipe band rockstar manja yang belum apa-apa sudah minta ini minta itu. Kami ikuti peraturan main mereka karena kami tidak melihat hal tersebut mengancam esensi pesan dari lagu/attitude kami. Sama seperti halnya ketika mendengar lagu dari band favorit mu melalui radio atau CD player. Tidak ada bedanya. Band seperti SID tidak banyak memiliki kesempatan untuk tampil di media nasional karena -jujur- semua band di Indonesia tidak ada yang mendapat bayaran jika tampil di acara-acara TV. Kita hanya mendapat sedikit uang bensin dan makan. Semua itu dihitung promo. Bagi SID untuk tampil di TV kadang berat karena kami stay di Bali. Jadi selagi kita bisa tampil di TV, kita akan manfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Misi utama kami adalah menyebarluaskan pesan-pesan dalam lagu dan attitude kami seluas mungkin.
Apapun caranya akan kami lakukan.
Jadi bagi kamu yang rajin protes, tolong berpikir lebih luas. Tidak semua hal di dunia ini semudah yang kamu bayangkan. Kita tidak hidup sendiri dan bisa seenaknya menuntut ini itu disaat situasi tidak memungkinkan. Jika tidak suka melihat SID tampil minus one, matikan saja TV nya, beres. Yang jelas ada berjuta-juta remaja di pelosok Indonesia yang akhirnya bisa mengenal dan meresapi pesan yang kami sebarkan lewat TV. Dan bagi kami itu jauh lebih penting daripada hanya ingin 'terdengar' sangar dan idealis. Itu tidak akan merubah apa-apa.
Tuh gan alasannya, makanya gan sebelum cari tau jangan dulu beranggapan kalo penyanyi, vokalis band gak berkualitas karena lyp sync. Lagian biasanya mereka lyp sync juga cuma di acara on air doang kali gan....
Kamis, 10 Maret 2011
Alasan penyanyi atau band "Lip Sync"(menurut Jerinx SID)
Arti punk!!!
Punk adalah bukan sekedar musik tapi lebih kepada sebuah gerakan anak muda (youth movement) yang memposisikan dirinya sebagai counter terhadap kemapanan dan salah satu sarana kreatifitas mereka adalah musik dalam hal ini adalah Punk. Berbeda dengan genre Metal yang lebih cenderung kepada “kegelapan” dan “kematian”, Punk memiliki unsur ideologi yang lebih “duniawi”, “real” dan “rumit”. Berikut ini adalah ideologi-ideologi yang lahir bersamaan dengan maraknya musik Punk di tanah air, yaitu: 1. Politik Ideologi politik yang sering diasosiasikan dengan punk adalah anarkisme. Nggak salah kalau Sex Pistols menyayikan “Anarchy in UK”. Banyak aktivis-aktivis punk yang terlibat dalam ideologi politik ini. Kemudian, jikalau sebuah band membantah dirinya berideologi politik sebarnya mereka justru menjadi bagian dari ideologi politik karena setidaknya mereka pasti tidak puas dengan kebijakan pemerintahannya. Ketika punk bertujuan untuk memperjuangkan ideologinya, kita dapat menyebut mereka dengan Progresive. Punk di Indonesia banyak yang beraliran kiri atau kanan. 2. Kemapanan (conformity) Kemapanan dan ketidakmapanan menciptakan salah satu kesalahpahaman terbesar dalam ideologi Punk. Sebenarnya persoalan utama dibalik gerakan punk adalah kebebasan berpikir. Dalam politik, hal ini menciptakan sekumpulan free thinker yang menganjurkan anarki, dalam musik, free thinker menghasilkan suatu sound atau genre baru dan unik. Kemapanan bagi punk dipandang sebagai bahaya sosial karena berpotensi untuk membatasi kebebasan berpikir, yang mana mencegah orang-orang untuk melihat sesuatu yang benar di masyarakat dan sebaliknya memaksa mereka untuk menuruti kehendak mereka yang disebut penguasa dari pemerintahan atau industri musik pop. Anti kemapanan adalah kemudian sebagai hasil dari punk. Bagaimanapun, seseorang yang berpenampilan seperti seorang punk dan mendengarkan musik punk mungkin dapat dikatakan sebagai bagian dari gerakan punk, tapi mereka sebenarnya bukan punk yang sebenarnya, karena punk adalah sebuah “state of mind” 3. Selling Out Selling Out atau menjual habis atau berkhianat merupakan salah satu permasalahan yang sampai sekarang masih menjadi dilema dalam gerakan punk. Pada umumnya, selling out berkaitan dengan penolakan seseorang atau kelompok didalam suatu komunitas punk karena mereka telah keluar dari akar ideologi punk yang sebenarnya. Hal tersebut dapat terjadi karena perubahan status, kekuasaan atau kekayaan. Karena punk menganut anti-establisment sebagai salah satu bagian penting dari ideologi punk, sebuah jaringan label musik independen sangat besar berperan dalam mendistribusikan musik punk. Kemudian bagi sebagain komunitas punk, cara tersebut dirasa terlalu lambat berkembang dan tidak akan membuat perubahan yang berarti dalam kreativitas bermusik mereka sehingga mereka melanggarnya dengan bergabung dengan major lebal. Bagi komunitas lainnya, hal tersebut tidak dapat dibenarkan. Salah satu contohnya mungkin adalah Superman Is Dead yang serta merta bergabung dengan Sony Music Indonesia. 4. Agama Mungkin di Indonesia ideologi beragama bukan menjadi salah satu persoalan yang besar karena memang mereka hidup dinegara yang beragama. Namun di dunia barat, kebanyakan punk diidentikan dengan kebebasan beragama oleh sebab itu sebagian besar banyak menganut agama alternatif seperti Buddha dan Tao atau yang lainnya dan tidak sedikit yang agnostik atau atheist. Kemudian lahir juga counter nya yaitu Christian Punk. Di sini tentu saja kita tidak dapat menyebutnya dengan Punk Muslim, tapi lebih tepatnya Punk Straight Edge (aliran punk yang bertujuan damai dan hidup bersih). 5. DIY (Do It Yourself) Di akhir tahun 1970an, gerakan punk bergerak di lingkungan yang dikontrol oleh mereka yang berideologi berlawanan dengan punk. Karena ini bertabrakan dengan gerakan kebebasan, orang-orang dalam punk scene mulai menciptakan perusahaan rekaman sendiri, mengatur konser sendiri dan menciptakan alat media sendiri. Kemudian hal-hal ini dikenal dengan gerakan DIY. Mottonya yang terkenal adalah “Don’t hate the media, become the media”. Sebenarnya masih banyak lagi ideologi yang berkembang, namun kelima ideologi diatas cukup mewakili gerakan punk di Indonesia. pesan: Punk, sebuah komunitas yang sering diasumsikan sebagai sekumpulan orang yang tidak memiliki masa depan dan penuh dengan kekerasan dengan dandanan yang berantakan dan bergaya seperti preman. Komunitas yang hanya menimbulkan keresahan bagi masyarakat sekitar.Pesan moral yang ingin disampaikan sebenarnya sederhana dan klise yaitu janganlah menilai suatu hal atau seseorang berdasarkan pada kulit luarnya saja tapi telaahlah dengan lebih dalam dan seksama maka penilaian yang sesungguhnya bisa disimpulkan. Kadang suatu hal yang terkesan buruk atau tidak berguna sehingga dipandang sebelah mata ternyata memiliki kelebihan kelebihan lain yang tidak pernah disadari sebelumnya. Punk adalah seni Punk adalah budaya anti kemapanan Punk adalah budaya pembebasan diri dari belenggu yang mengikat individu yang ingin bebas dan merdeka. Punk adalah gaya hidup dan lain sebagainya. YANG HARUS DIKETAHUI TENTANG PUNK: Punk bukan jagoan Punk bukan penjahat Punk bukan kriminal Punk bukan trendy Punk bukan kau dan kau bukan punk. |
3 Rebels, Million Outsiders Kisah tiga punk rocker Pulau Dewata yang menaklukkan kejamnya industri musik dan kini berjutaan fans
Foto : Den Widhana
Demi menghormati tuan rumah, saya memesan bir ketika waitress Twice Bar, Kuta, bertanya minuman apa yang saya mau. Pemilik bar ini adalah I Gede Ari Astina, frontman dan tukang gebuk drum Superman is Dead (SID) yang lebih akrab dengan panggilan Jerinx. Memisahkan SID dengan bir, ibarat memisahkan hujan dan mendung, sesuatu yang sangat jarang terjadi.
Setidaknya begitulah stereotipe pada SID: beer, glam, tato, punk. Maka demi menghormati mereka, saya pesan bir, bukan es teh, es jeruk, atau jus sore itu sambil menunggu SID selesai latihan di studio mereka, akhir Januari lalu.
Sekitar 15 menit kemudian, usai latihan, personel SID naik ke lantai dua, tempat di mana saya menunggu bersama Dodix, manajer SID, dan Yenny dari manajemen SID. Seorang perempuan yang mengaku sebagai Lady Rose juga ada di sana. Vokalis sekaligus gitaris SID I Made Putra Budi Sartika (Bobby Kool) serta bassist merangkap vokalis latar I Made Eka Arsana (Eka Rock) datang. Jerinx menyusul kemudian.
Sore itu tak ada pengunjung lain di bar di Poppies II, gang salah satu cikal bakal pariwisata di Kuta, bahkan Bali, sehingga menjadi gemerlap seperti saat ini. Jerinx mengajak kami duduk di pojok bar berdinding motif kotak-kotak hitam putih dan poster-poster vintage itu. Ini bukan pertemuan pertama saya dengan mereka. Tapi ini pertama kalinya saya main dan bertemu mereka di Twice Bar, tempat SID sering berkumpul, latihan atau bikin acara dengan para penggemarnya.
Bukannya memesan bir, Eka dan Bobby malah “cuma” pesan minuman a la anak kos, teh dan jeruk manis hangat. Mereka tak meminum bir sama sekali di antara obrolan kami selama hampir tiga jam tersebut, tidak juga bagi Jerinx yang secara fisik terlihat paling rebel dengan tato di seluruh tubuhnya. Sejujurnya, sebelum bertemu, saya sudah berasumsi obrolan itu akan dipenuhi bir atau rokok tanpa henti. Ternyata tidak juga. Selama wawancara, Eka, Bobby, maupun Jerinx sama sekali tak minum bir, hal yang sering mereka perlihatkan saat di atas panggung.
SID dikenal sebagai bad boy atau malah rebel. Dengan musik punk, badan penuh tato, serta lirik-lirik lagu penuh kritik sosial, SID mudah diidentikkan sebagai rebel. Paling tidak mantan manajer SID Rudolf Dethu menyebut begitu. Karena citra rebel ini, mereka bisa menjadi salah satu band dengan jumlah penggemar terbesar di Indonesia. “Mungkin anak-anak sekarang menemukan sosok bad boy pada SID setelah era Slank. Makanya SID punya jutaan penggemar sekarang,” kata Dethu.
Besarnya pengaruh SID dibuktikan dengan masuknya mereka dalam Billboard Uncharted di urutan ke-23 hingga Februari lalu. Di situsnya, Billboard menyatakan bahwa Uncharted ini merupakan daftar musisi baru ataupun berkembang yang belum masuk di Billboard Chart, tanpa mempertimbangkan asal negara musisi. Uncharted didasarkan pada penampilan musisi di media online termasuk jejaring sosial, seperti MySpace, Facebook, Twitter, Last.fm, iLike, Wikipedia, dan seterusnya.
Daftar ini memang bukan peringkat mingguan yang biasa mereka keluarkan sebagai paramater musisi, band maupun penyanyi, dengan tingkat penjualan album tertinggi di Amerika Serikat. SID adalah band Indonesia pertama yang masuk peringkat ini. “Kami tidak terlalu kepikiran akan masuk sana. Billboard jauh dari lirik lagu SID. Kalau masuk Grammy sih ingin,” kata Jerinx.
Informasi masuknya SID dalam Billboard Uncharted ini mereka peroleh dua minggu sebelum kami bertemu untuk artikel ini. Pemberitahuan itu dikirim lewat email oleh Evy Nogy, Editor Billboard. “Mungkin mereka melihat aktifnya kami dalam penggunaan Facebook untuk fans group. Kami tidak hanya memberikan informasi tentang band tapi juga ada interaksi dengan penggemar.
Itu mungkin jadi perhatian Billboard pada kami,” kata Eka. “Prinsipnya, mereka melihat intensity, loyality, and activity di Facebook. Banyak band lain yang mungkin punya penggemar lebih banyak tapi kurang aktif dibanding kami. Jadi, peng-hargaan ini bukan hanya dari sisi kuantitas tapi juga kualitas,” tambah Jerinx.
SID memang termasuk band yang aktif di jejaring sosial, termasuk Facebook. Hingga awal Februari lalu, jumlah penggemar Superman is Dead di Facebook mencapai hampir 1,8 juta orang. Untuk ukuran musisi Indonesia, jumlah ini adalah yang terbesar. Bandingkan misalnya dengan Slank yang punya 833 ribu penggemar, ST 12 dengan 808 ribu penggemar, atau yang paling mendekati adalah Ungu dengan 1,6 juta penggemar.
Namun banyak-nya penggemar juga bisa banyaknya musuh, atau setidaknya “pengawas”. Sebab, 1,8 juta penggemar di Facebook tidaklah berarti semua memang penggemar musik dan lirik band punk kelahiran Kuta ini. “Tidak semua penggemar di Facebook suka SID. Banyak yang ikut di Facebook hanya untuk melihat hal negatif tentang kami,” kata Jerinx.
Perjalanan SID memang tak bisa dilepaskan dari “musuh”, terutama di kalangan musisi punk. Mereka menerbitkan tiga album pertamanya secara indie. Pada tahun 1997, band yang lahir di Kuta ini mengeluarkan album Case 15. Dua tahun kemudian mereka mengeluarkan album sesuai nama band mereka sendiri, Superman is Dead. Album terakhir mereka di jalur indie, Bad, Bad, Bad, terbit pada 2002. Setahun kemudian, mereka dikontrak major label, Sony BMG.
Bersama label ini, hingga saat ini SID telah mengeluarkan empat album, yaitu Kuta Rock City (2003), The Hangover Decade (2005), Black Market Love (2006), dan Angels & the Outsiders (2009). Karena sejarahnya dekat dengan musik indie, maka ketika akhirnya SID dikontrak major label, banyak anak punk nyinyir pada mereka.
Tak hanya nyinyir, sebagian anak punk mewujudkan kebencian tersebut melalui kekerasan pada SID, terutama ketika mereka konser. Di Singaraja, Bali, mereka pernah dilempari batu ketika konser. Di Medan dan Yogyakarta, mereka mengalami kekerasan lebih parah yang bahkan mereka sebut sebagai tindakan barbar. Di Medan, kekerasan terjadi ketika mereka tampil di Universitas Sumatera Utara (USU) pada 7 Oktober 2003, beberapa saat setelah mereka dikontrak Sony BMG.
Sebelum konser dimulai mereka mengaku sudah mendapatkan atmosfer tak enak. Ada selebaran anti SID berisi tulisan “Menjadi Rock Star adalah pilihan. Menjadi Punk Rock Star adalah pengkhianatan.” Aroma kebencian makin terasa ketika SID tampil. Pada lagu kedua, sebagian penonton berpakaian street punk mulai mengeluarkan caci maki ke SID dengan sebutan, “Pengkhianat. Pengkhianat!”
Lalu umpatan itu disertai dengan bentuk kekerasan fisik. Botol air mineral, botol bir, sandal, sepatu, batu, bambu penyangga umbul-umbul, bahkan monitor melayang ke atas panggung.
Bobby dan Eka yang di depan harus menyanyi sambil menghindari semua serangan tersebut. Apalagi saat itu sudah malam sehingga lemparan-lemparan sering tak terlihat. “Mereka yang anti SID ini sebenarnya sedikit dibanding jumlah penonton. Tapi karena aksinya berani dan kasar, maka mereka terlihat menonjol,” kata Rudolf Dethu, manajer SID saat itu.
Masuk lagu keenam, kekerasan itu terus berlanjut. Sampai akhirnya pada lagu keenam, tiga personel SID memutuskan tidak melanjutkan penampilan. Mereka berhenti dan lari ke belakang panggung dengan teriakan dan umpatan yang tidak juga berhenti. Suasana kacau. Bahkan ketika masuk mobil menuju hotel pun mereka masih dikejar-kejar anak-anak street punk tersebut.
Kejadian sama terulang lagi ketika mereka tampil di Yogyakarta, persis sehari setelah tampil di Medan. Mereka dilempari sebagian dari ribuan penonton yang menonton konser SID di Kota Pelajar itu. Saat itu mereka tampil di kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Baru pada lagu kedua, sebagian penonton berpakaian street punk bikin huru-hara. Salah satunya bahkan naik ke panggung setelah pura-pura pingsan dan dibawa ke belakang panggung lalu berlari memukul Bobby, vokalis SID. Bobby balik memukul, begitu pula sebagian panitia dan keamanan konser. “Aku ikut-ikutan menghajarnya. Ha-ha-ha,” kata Dethu. Karena suasana kacau, ketiga personel SID dibawa ke masjid kampus UPN agar terhindar dari kekacauan lebih besar.
Kekerasan di Singaraja, Medan, dan Yogyakarta terjadi akibat tuduhan bahwa SID telah sell out, mengkhianati punk dengan masuk ke major label. “Mereka yang benci SID karena masuk major label itu karena indoktrinasi. Mereka punya fanatisme berlebihan terhadap ideologi tertentu termasuk punk. Mereka sama saja dengan fundamentalis. Mereka berasumsi semua yang masuk major label itu brengsek. Padahal tidak juga. Ketika masuk, kami tawar-menawar dulu dengan label. Tapi mereka [anak punk yang benci SID] tidak tahu proses itu. Mereka pikir kami melacur dengan kirim demo dan semacamnya. Itu tidak benar. Label yang cari kami, bukan sebaliknya,” kata Jerinx.
Bobby menimpali, “Orang kalau sudah terindoktrinasi cenderung pakai kaca mata kuda, melihat kebenaran hanya dari satu sisi.” Mereka menambahkan sekali lagi, street punk pembenci SID ini sebenarnya berjumlah sangat sedikit dibanding anak-anak punk lain, yang meski tidak setuju dengan pilihan SID masuk major label namun tetap menjaga persaudaraan maupun menikmati konser SID.
SID punya alasan tersendiri kenapa mereka akhirnya masuk major label. Pertama, lebih menghasilkan dibanding indie label. “Selama delapan tahun main di indie, kami tidak pernah menikmati hasilnya. Jadi kalau bisa dapat major label yang tidak membatasi kami dalam bermusik pasti bagus,” kata Bobby. Mereka bercerita ketika masih di indie, membeli senar gitar saja susah. Mereka pakai sandal untuk simbal. Pakai pick gitar dengan tutup bungkus sabun colek.
“Biar hemat, kami harus merebus senar gitar yang habis dipakai supaya senarnya bagus kembali,” tambah Eka. Parahnya lagi, sering sekali mereka mendapat jawaban klise dari distro yang menjual kaset mereka. “Masak kalian tidak percaya, sih, sampai menagih terus pada kami,” adalah jawaban generik yang diberikan tiap kali anak-anak SID menanyakan hasil penjualan album. Setelah masuk major label, mereka kini menikmati hasil bermusiknya. Bisa punya studio sendiri. Undangan manggung juga datang dari mana-mana meski bayaran mereka saat ini antara Rp 40-50 juta.
Mereka menepis tuduhan bahwa mereka melacur. Jika sebagian band mengemis pada major label agar dikontrak, maka tidak demikian dengan SID. Menurut Dethu, mereka tidak pernah menawarkan CD demo pada major label tapi justru sebaliknya, mereka dicari melalui perantara teman. “Kami berikan CD ke Pak Yan Djuhana [bos Sony BMG] . Lalu beberapa bulan kemudian dia telepon kami mengajak rekaman. Tentu saja kami senang. Tapi tawaran ini juga jadi perdebatan kami secara internal apakah diterima atau tidak,” kata Dethu. Ketakutan Jerinx, Bobby, Eka, dan Dethu saat itu karena mereka takut dianggap selling out oleh komunitas punk.
Setelah negosiasi cukup alot, SID lalu sepakat menerima tawaran tersebut dengan sejumlah syarat, seperti komposisi dan lirik yang digunakan. Karena terbiasa menggunakan bahasa Inggris, SID meminta agar semua lagu ditulis dalam bahasa Inggris. Sebaliknya, pihak Sony BMG justru minta semua dalam bahasa Indonesia. Komprominya kemudian adalah materi lagu terdiri dari 70 persen bahasa Inggris, 30 persen bahasa Indonesia. Jadi, dari 14 lagu pada album pertama, empat di antaranya berbahasa Indonesia, 10 menggunakan bahasa Inggris. “Itu bentuk kompromi kami dengan major label. Kami justru belajar membuat lirik bahasa Indonesia setelah kontrak dengan major label. Kalau ada keterlibatan lain Sony BMG dalam pemilihan lagu, lebih pada urutan lagu dalam album. Bagi kami, tidak masalah urutannya. Toh semuanya lagu kami sendiri,” kata Jerinx.
Di bawah salah satu label terbesar di Indonesia, distribusi album pertama SID bersama Sony BMG langsung naik ratusan kali lipat. Kalau zaman indie mereka paling banyak bisa jual 400 keping kaset atau maksimal 1.000 keping, sekarang mereka bisa distribusi album hingga 400.000 copy. Ini alasan kedua kenapa SID mau rekaman di bawah major label. “Buat apa bikin musik bagus kalau tidak didengar orang lain? Seidealis apa pun musisinya, pasti dia ingin didengar,” ujar Jerinx.
SID: Kita Berhak Jadi Diri Sendiri
Ketika Superman Is Dead (SID) ambil bagian dalam pergelaran 1000 Bands United, Sabtu (18/12/2010) malam di Cibubur, Jakarta Timur, Jerinx (JRX) menyisipkan sentilan mengenai hak untuk menjadi diri sendiri di negeri ini, sebelum ia menyanyikan lagu Lady Rose.
KOMPAS IMAGES/BANAR FIL ARDHI
Bobby Kool, vokalis dan gitaris Superman Is Dead, dalam pertunjukan grup punk rock Bali itu pada pergelaran 1000 Bands United, Sabtu (18/12/2010) malam di Cibubur, Jakarta Timur.
KOMPAS IMAGES/ BANAR FIL ARDHI
Eka Rock, pemain bas grup punk rock Bali, Superman Is Dead (SID), menyanyikan sepotong lagu Kemesraan dalam pertunjukan band itu pada pergelaran 1000 Bands United, Sabtu (18/12/2010) malam di Cibubur, Jakarta Timur.
Di area Buperta Pramuka yang luas, Sabtu malam, tiga grup ternama, Slank, BIP, dan PAS Band, mendapat tempat manggung bergiliran di Mainstage 1 atau Mainstage 2, yang dibangun bersebelahan di Kempa II. Akibatnya, kebanyakan penonton sudah terpusat ke sana sejak menjelang magrib, menunggu ketiga band tersebut beraksi. Sementara itu, satu lagi grup terkenal, SID, mendapat tempat tampil terpisah, yaitu di Stage H, Kempa I, yang letaknya tak bisa dibilang dekat dari Kempa II. Mereka manggung dari pukul 21.50 WIB, sebagai puncak rangkaian pertunjukan di Kempa I. Aksi SID berakhir ketika PAS Band di Kempa II akan membawakan lagu ketiga dihitung dari ujung sajian grup Bandung tersebut yang menutup rangkaian pertunjukan di Kempa II.
Dengan kondisi itu, teorinya, akan sulit bagi SID untuk menarik banyak penonton di luar para penggemar SID--Outsider (cowok) dan Lady Rose (cewek). Memang, ketika SID sampai di tenda pengisi acara di belakang Stage H sehabis magrib, jumlah penonton masih relatif sedikit, beberapa puluh saja, dan rata-rata tentunya para penyuka SID. Namun, rupanya, SID bersinar cukup kuat untuk membuat sedikit demi sedikit orang terus berdatangan ke depan pentas mereka. Maka ketika Bobby Kool (vokal dan gitar), Eka Rock (bas dan vokal), dan Jerinx atau JRX (drum) mulai menggebrak Stage H dengan "Bangkit dan Percaya" dan "We are Outsiders", bentangan rumput di hadapan pentas itu pun dipenuhi kurang-lebih 1.000 penonton.
Raungan gitar, gebukan drum yang powerful sekaligus cepat, serta dentuman bas SID tak pelak membuat para Outsider menyanyi, melonjak-lonjak, moshing, saling menabrakkan badan satu sama lain, atau membuat tanda silang dengan kedua tangan, dengan jari-jari mengepal--pemandangan "wajib" pada pertunjukan-pertunjukan SID.
"Baru kali ini ada 1000 band jadi satu di sini. Yang pasti, semua selalu tertib, jangan lagi ada masalah, jangan lagi ada bencana, karena sudah cukup luka Indonesia," seru Bobby sebelum lagu "Luka Indonesia" digulirkannya bersama JRX dan Eka. Sebelum lanjut ke "Musuh dan Sahabat" dan "Saint of My Life", SID kembali mengingatkan para penonton untuk mencegah mereka gontok-gontokan akibat saling tabrak.
Menyanyi sebagai vokalis utama sesekali bukan hanya menjadi urusan Bobby. JRX, yang otot dan tatonya terlihat karena bertelanjang dada, beranjak dari balik set drumnya menuju ke bagian panggung paling depan. Ia lalu duduk di kursi yang disediakan dan menyampirkan gitar akustiknya di depan dadanya. "Gimana kabar semuanya? Gimana kabar Lady Rose?" sapanya setelah meminta para penonton duduk beralas rumput di hadapannya. "Saya mempersembahkan lagu ini untuk kebebasan di Indonesia. Setiap warga Indonesia berhak menjadi diri sendiri, berhak untuk tidak diatur-atur. Hidup perbedaan! And this called 'Lady Rose'," tuturnya disambut seruan sepakat dari para penonton.
Selanjutnya, sesudah JRX kembali ke "singgasana"-nya, SID menggebrak lagi dengan dua lagu kencang--"Kuta Rock City" dan "Kuat Kita Bersinar". Pertunjukan mereka ditutup dengan Eka melantunkan sepotong lagu "Kemesraan", karya Franky dan Johnny Sahilatua yang dipopulerkan oleh Iwan Fals, yang disambung oleh SID dengan "Jika Kami Bersama".
Dengan kondisi itu, teorinya, akan sulit bagi SID untuk menarik banyak penonton di luar para penggemar SID--Outsider (cowok) dan Lady Rose (cewek). Memang, ketika SID sampai di tenda pengisi acara di belakang Stage H sehabis magrib, jumlah penonton masih relatif sedikit, beberapa puluh saja, dan rata-rata tentunya para penyuka SID. Namun, rupanya, SID bersinar cukup kuat untuk membuat sedikit demi sedikit orang terus berdatangan ke depan pentas mereka. Maka ketika Bobby Kool (vokal dan gitar), Eka Rock (bas dan vokal), dan Jerinx atau JRX (drum) mulai menggebrak Stage H dengan "Bangkit dan Percaya" dan "We are Outsiders", bentangan rumput di hadapan pentas itu pun dipenuhi kurang-lebih 1.000 penonton.
Raungan gitar, gebukan drum yang powerful sekaligus cepat, serta dentuman bas SID tak pelak membuat para Outsider menyanyi, melonjak-lonjak, moshing, saling menabrakkan badan satu sama lain, atau membuat tanda silang dengan kedua tangan, dengan jari-jari mengepal--pemandangan "wajib" pada pertunjukan-pertunjukan SID.
"Baru kali ini ada 1000 band jadi satu di sini. Yang pasti, semua selalu tertib, jangan lagi ada masalah, jangan lagi ada bencana, karena sudah cukup luka Indonesia," seru Bobby sebelum lagu "Luka Indonesia" digulirkannya bersama JRX dan Eka. Sebelum lanjut ke "Musuh dan Sahabat" dan "Saint of My Life", SID kembali mengingatkan para penonton untuk mencegah mereka gontok-gontokan akibat saling tabrak.
Menyanyi sebagai vokalis utama sesekali bukan hanya menjadi urusan Bobby. JRX, yang otot dan tatonya terlihat karena bertelanjang dada, beranjak dari balik set drumnya menuju ke bagian panggung paling depan. Ia lalu duduk di kursi yang disediakan dan menyampirkan gitar akustiknya di depan dadanya. "Gimana kabar semuanya? Gimana kabar Lady Rose?" sapanya setelah meminta para penonton duduk beralas rumput di hadapannya. "Saya mempersembahkan lagu ini untuk kebebasan di Indonesia. Setiap warga Indonesia berhak menjadi diri sendiri, berhak untuk tidak diatur-atur. Hidup perbedaan! And this called 'Lady Rose'," tuturnya disambut seruan sepakat dari para penonton.
Selanjutnya, sesudah JRX kembali ke "singgasana"-nya, SID menggebrak lagi dengan dua lagu kencang--"Kuta Rock City" dan "Kuat Kita Bersinar". Pertunjukan mereka ditutup dengan Eka melantunkan sepotong lagu "Kemesraan", karya Franky dan Johnny Sahilatua yang dipopulerkan oleh Iwan Fals, yang disambung oleh SID dengan "Jika Kami Bersama".
SID Kawinkan Punk Rock dengan Orkestra
Superman IS Dead: Eka Rock (kiri), JRX atau Jerinx, dan Bobby Kool (kanan)
Grup punk rock asal Bali, Superman Is Dead (SID), akan mengawinkan musik mereka dengan musik orkestra modern untuk album selanjutnya, yang dijadwalkan akan dirilis pada pertengahan 2011.
Untuk menggarap album dengan konsep itu, Bobby Kool (vokal dan gitar), Eka Rock (bas), dan JRX atau Jerinx (drum) tak memilih rekaman secara live. "Kami masih memakai track, soalnya ada beberapa lagu yang akan kami bikin megah seperti orkestra," kata Bobby.
Menurut Bobby, unsur-unsur bunyi dalam musik punk rock SID tidak akan bertabrakan dengan unsur-unsur bunyi dalam musik orkestra modern yang akan mengawal lagu-lagu mereka.
Sebuah calon single andalan mulai disiapkan oleh SID. "Judulnya, 'Jadilah Legenda', tentang seseorang yang punya pengaruh besar terhadap Indonesia, bangsa ini," kata JRX.
SID menghadirkan lagu tersebut untuk memotivasi orang-orang agar melakukan pendobrakan. "Lagu itu lebih ke motivasi untuk do something yang bisa dikenang. Jadi, lagu itu mudah-mudahan bisa memotivasi orang untuk mendobrak situasi, kondisi, lalu orang mengenangnya. Itulah legenda," urai JRX.
Supaya misi tersebut mudah sampai kepada para pendengar lagu itu, SID lebih dulu melakukan observasi. "Lagu ini hasil observasi. Saya melihat, sekarang ini orang penuh keragu-raguan. Sekarang, orang yang sedikit berbeda malah dicap kebarat-baratan, liberal," ulas JRX. "Sepertinya ada paradigma di masyarakat kita yang menahan orang untuk maju. Sedikit melakukan yang berbeda, cenderung dilabeli sebagai agen liberal," lanjutnya.
Untuk album baru itu, SID juga akan bekerja sama lagi dengan vokalis lainnya, seperti yang sudah mereka lakukan bersama Heru "Shaggydog" untuk single "Jika Kami Bersama" dalam album Angels and the Outsiders! "Nanti akan ada proyek kolaborasi lagi. Nomine vokalisnya sudah ada. Malah, siapa yang bakal jadi model video clip-nya sudah kami pikirkan," kata JRX lagi, kali ini dengan berahasia.
Menurut Bobby, unsur-unsur bunyi dalam musik punk rock SID tidak akan bertabrakan dengan unsur-unsur bunyi dalam musik orkestra modern yang akan mengawal lagu-lagu mereka.
Sebuah calon single andalan mulai disiapkan oleh SID. "Judulnya, 'Jadilah Legenda', tentang seseorang yang punya pengaruh besar terhadap Indonesia, bangsa ini," kata JRX.
SID menghadirkan lagu tersebut untuk memotivasi orang-orang agar melakukan pendobrakan. "Lagu itu lebih ke motivasi untuk do something yang bisa dikenang. Jadi, lagu itu mudah-mudahan bisa memotivasi orang untuk mendobrak situasi, kondisi, lalu orang mengenangnya. Itulah legenda," urai JRX.
Supaya misi tersebut mudah sampai kepada para pendengar lagu itu, SID lebih dulu melakukan observasi. "Lagu ini hasil observasi. Saya melihat, sekarang ini orang penuh keragu-raguan. Sekarang, orang yang sedikit berbeda malah dicap kebarat-baratan, liberal," ulas JRX. "Sepertinya ada paradigma di masyarakat kita yang menahan orang untuk maju. Sedikit melakukan yang berbeda, cenderung dilabeli sebagai agen liberal," lanjutnya.
Untuk album baru itu, SID juga akan bekerja sama lagi dengan vokalis lainnya, seperti yang sudah mereka lakukan bersama Heru "Shaggydog" untuk single "Jika Kami Bersama" dalam album Angels and the Outsiders! "Nanti akan ada proyek kolaborasi lagi. Nomine vokalisnya sudah ada. Malah, siapa yang bakal jadi model video clip-nya sudah kami pikirkan," kata JRX lagi, kali ini dengan berahasia.
Punk street di Serambi Aceh
pakaian minimalis. Telinga, hidung, dan lidah ditindik. Rambut beragam bentuk. Sering mendekati tong sampah. Wajahnya terkadang sangar. Badannya terkesan jarang mandi. Hampir saban malam orang-orang yang mempunyai ciri-ciri demikian melanglang di kota Banda Aceh, terutama di Taman Sari dan Blang Padang.
Setiap melihat mereka, setidaknya warga akan mengatakan, gelandangan, gembel, dan sebagainya. Warga, siapa saja, tidak mengecek kalau mereka itu punk sejati atau cuma berpenampilan seperti anak punk saja.
Begitulah nasib komunitas Public United Not Kingdom (PUNK) yang berkeliaran di kota Banda Aceh sekarang. Selama awal tahun ini, surat kabar lokal telah memuat berita tentang keresahan warga terhadap keberadaan komunitas yang berpenampilan nyentrik itu. Misal di serambinews.com (7/1/11), keberadaan komunitas punk di kota Banda Aceh dalam beberapa bulan terakhir ini dinilai meresahkan warga. Seperti dialami seorang ibu yang tak henti-hentinya menangis di kantor Dinas Syariat Islam kota Banda Aceh, Kamis (6/1/11), saat melaporkan anak perempuannya yang berusia 18 tahun, pergi dari rumah dan belakangan diketahui telah bergabung dengan komunitas tersebut.
Ibu itu menuturkan, anaknya sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Banda Aceh. Sejak empat bulan lalu, anaknya memperlihatkan perilaku yang tidak baik. Anaknya itu sudah meninggalkan shalat, membuka jilbab, dan jarang mandi. Bahkan sudah berani melawan orangtua dengan kata-kata kasar. “Bulan Oktober, anak saya lari dari rumah. Kami dengar kabar dia di Medan. Katanya dia sudah jadi anak punk. Kami pun menyusul ke Medan dan menemukan dia sedang ngamen bersama teman-teman punknya,” kata ibu itu dengan mata berkaca-kaca. Ia sempat membawa pulang anaknya. Namun, beberapa bulan kemudian putrinya kembali kabur dan hingga kini tak diketahui keberadaannya.
Selain itu, kepala Satpol PP dan WH kota Banda Aceh, Rusli AK juga mengatakan keberadaan punk di kota Banda Aceh meresahkan warga. Seperti diberitakan Harian Aceh (15/1/11), pihaknya telah mengidentifikasi bahwa ada 60 anggota komunitas punk di Banda Aceh. Dan itu meresahkan warga, kata Rusli AK. Dia juga menerangkan kalau punk itu masuk kategori gelandangan. Alasannya, mereka menggelandang hidupnya di fasilitas publik, padahal mereka memiliki keluarga, orangtua, dan tempat tinggal. Semua diagnosa masyarakat terhadap punk itu memang benar. Tapi siapa tahu kalau mereka yang selama ini berkeliaran di ibukota provinsi itu bukanlah anggota punk yang sebenarnya, tapi remaja atau pemuda yang doyan berpenampilan seperti anggota punk?
Karena saya pernah menjumpai langsung pengikut punk (punker) itu pada medio 2010. Malam (2/7/10) itu, saya menjumpai mereka yang sedang berkumpul di teras Musem Tsunami yang terletak di Blang Padang. Mulanya mereka memang kelihatan menakutkan. Tapi saat saya mencoba berkomunikasi, mereka menyambut dengan terbuka, ramah dan akrab. Meski agak tertutup dan tak mau dipublikasikan, saya bisa memahami setidaknya bagaimana punk yang sebenarnya. Kebetulan malam itu saya bertatap-muka dengan Street Punk Aceh.
Dari pengakuan seorang di antara mereka, punk itu tidak seperti yang dianggap masyarakat pada umumnya. (Saya tidak mengada-ada). Mereka mempunyai motto hidup, yaitu Do it Yourself (DIY), artinya lakukan sendiri atau kemandirian. Mereka juga mempunyai kreatifitas, seperti usaha sablon dan kerajinan tangan. Lantas siapa juga yang dianggap miris oleh masyarakat? “Sebenarnya yang dipandang miris itu bukanlah kami, tapi komunitas yang bergaya hidup seperti anak punk. Mereka melakukan tindak kriminal. Sehingga masyarakat menganggap gelandangan atau apa namanya, setiap yang berpenampilan aneh seperti kami,” ujar seorang punk yang mengaku asal Takengon pada saya.
Lelaki yang sudah melanglang di Medan itu juga menambahkan, sebenarnya mereka ingin mencari keadilan. Keadilan tanpa kebebasan itu penindasan namanya, kata dia. Pemuda yang mengaku menangis saat melihat pemutaran video tsunami di museum tsunami itu juga mengatakan, kawan-kawannya juga dari kaum terpelajar, siswa atau dan mahasiswa. Harinya mereka belajar. Makanya mereka berkumpul di saat malam hari. Sebagian anggota komunitas itu juga mengaku, kalau orangtua mereka sudah pasrah, karena tak sanggup lagi menasihatinya. Mereka juga berkata, bahwa mereka tak akan mengganggu masyarakat.
Kreatifitas yang diciptakan punker antara lain menciptakan grup band, usaha sablon dan kerajinan tangan, membuka distro, juga kajian agama. Seperti yang diprakarsai Punk Moslem. Pada talkshow “Menelisik Lika-liku Kehidupan Punk Moslem” yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Kampus Syahid (LDK Syahid) di aula Student Center Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah (18/3/10), Punk Moslem sama sekali tidak seperti yang dianggap masyarakat pada umumnya terhadap punk. Stereotip miris terhadap Punk Moslem sangat tidak cocok. Dan kini, Punk Moslem tersebar di Indonesia (Jogjakarta, Palu, Semarang, Bengkulu, Indramayu). Kegiatan punk muslim adalah mengaji setiap hari. Dan ini mendapat tantangan serius dari para preman. Namun mereka tetap berjuang agar tidak dianggap miris.
Penyebab komunitas punk dianggap miris mungkin karena stereotip masyarakat, yaitu menggeneralisasikan sekelompok orang dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan mereka yang bersifat individual. Stereotip ini sering menyesatkan persepsi masyarakat bila dijadikan landasan untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain. Saya rasa, tak bermaksud membela, pandangan masyarakat terhadap keberadaan punk di kota Banda Aceh karena stereotip, bahwa punk itu anarkis, gelandangan, kotor, dan sebagainya.
Bisa jadi, mereka seperti yang dikatakan Pavel Semenov, psikolog Rusia. Ia mengatakan, manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Karena ingin menjiwai seni, sebagian pemuda di Amerika membuat gebrakan baru. Gerakan muda yang merupakan anak-anak kelas pekerja mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral dan para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan tingginya kriminalitas. Kemudian mereka membentuk komunitas yang antikapitalis dan kemudian dinamakan “punk”.
Masa itu, mereka berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1990-an Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Komunitas “Street Punk Aceh” yang saya jumpai itu juga mengungkapkan, punk itu antikapitalis. Mereka mengatakan diri sebagai makhluk sosial, karena punk juga manusia yang hidup penuh dengan seni meski terkadang seninya itu dianggap miris oleh masyarakat.
Ponorogo dan Punk
Disini saya hanya menulis apa-apa yang ada di Ponorogo, yang menggeliat di dalamnya, dan yang bernafas di dalamnya. Tanpa di dasari motiv lain.
Nama Punk mungkin memang sudah sering kita dengar di telinga kita, tapi mungkin sangat tidak sering sekali kita mendengar keberadaan punk di kota Ponorogo kita ini. Sebenarnya mereka sudah lama di kota ini, sudah eksis dengan karya-karya mereka. Nah, sebelumnya saya akan memberikan sedikit gambaran tentang Punk, yang diambil dari berbagai sumber:
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Dan itulah mereka. Tapi disini saya akan lebih menggaris bawahi tentang Band Punk, karya-karya mereka, dan komunitas mereka di Ponorogo.
Berawal dari malam minggu tanggal 17 Mei kemarin yang menginspirasi tulisan ini. Sebuah acara band punk di gelar malam itu, tepatnya di Jalan Muria 50 Ponorogo, PRO STATION MUSIC STUDIO. Mereka memainkan musik ngebut semalam suntuk. Tak hanya mereka yang dari Ponorogo yang mengisi acara itu, mereka yang dari luar kota pun datang: Madiun, Solo, Pacitan, etc.
Memang disinilah para Punker Ponrogo itu banyak dilahirkan. PRO STATION MUSIC STUDIO, tempat dimana mereka berkreasi dan menumpahkan segalanya. Mulai dari ANTHIOSIS, band yang di gawangi oleh Neoan “NEON” Perdana ( Drum ), Fyor “KEMEK” Birahmatika ( Gitar+Voc ), Arya “JA’OX” Robbi ( Bass+Voc ) ini mulai mencoba bernyanyi di 2007. Band yang sempat mempunyai nama BRINGAZ 1908 ini pun sempat beberapa kali ganti personel.
“ Tenang saja, Kita “masih ada” rasa respect terhadap OSIS. Setidaknya masih ada rasa harga menghargai terhadap OSIS itu sendiri. Nama ANTHIOSIS sendiri hanya mewakili kebencian kita terhadap siswa-siswi pengurus OSIS. Bersikap berdasar realita, kebiasaan, dan tradisi. Dari dulu sampai sekarang, “sikap luar” siswa-siswi OSIS tidak pernah berubah!!! Kesombongan, keangkuhan, dan ke-an ke-an yang lain, yang sok itu, yang sok ini dan sok-sok yang lain…(HAHA..) ” kata mereka.
Awal November 2007, ANTHIOSIS mengikuti audisi band sebuah acara musik rock lokal, dan nantinya akan dipilih 10 band untuk berparade ria di depan publik kota reog. Kesempatan yang baik buat ANTHIOSIS mengepakkan sayap pertamanya.
Dan… Sesuai harapan, akhirnya mereka ber’3 lolos audisi dan berhak tampil di acara tersebut, (tepatnya 11 November 2007). ANTHIOSIS menggeber 2 lagu cover yakni dari Begundal Lowokwaru & Marjinal.
Lumayan sukses di kepakan pertama, proyek selanjutnya adalah mencoba merubah image band. Tidak lagi menjadi band cover, dengan mulai sibuk mencari materi untuk own songs sekaligus mencari karakter band.
Terus mengasah taji dengan sering “ngesong” di luar kota, plus aktif di even-even lokal (sempat membuka gelaran “MARLBORO EXTREME ROCK 2008″ Feat Blingsatan-Sby Street Rock Di Ponorogo tepatnya 5 Juli 2008).
Puncaknya 19 JULI 2088 band yang punya bascamp di jalan Thamrin 72 Po ini ditawari untuk solo perform di salah satu cafe ternama di Ponorogo, Warock Cafe. Menggeber kurang lebih 10 own songs ANTHIOSIS. Suasana meriah, dan mereka eksis sampai sekarang di kota reog ini.
Kentrong Bunthong. Salah satu band punk paling eksis di Ponorogo. Berdiri pada Juli 2006, sama-sama PRO STATION MUSIC STUDIO production. Band yang di huni Edenk/Adhit (drum), Kenthuz/Bagus (guitar/voc), Gendhut/Rifki (bass/voc), Kancil/Waga (guitar), Bengkring/Richard (voc) ini memiliki aliran crusty punk. Eksistensi mereka sudah tidak dipertanyakan lagi, suara mereka telah di perdengarkan sampai Surabaya, Gresik, Trenggalek, Pacitan, Madiun, dan kota-kota punk lainnya.
TRAGEDI 98. Band yang berdiri pada 2007 ini dilatar belakangi sebuah peristiwa pada tahun 1998, dimana semua orang (terutama rekan-rekan mahasiswa) menginginkan adanya perubahan sistem hukum negeri ini. Dan yang menjadi awal berdirinya reformasi di negeri ini sampai sekarang. Band yang sering nongkrong di trotoar jalan Sudirman Ponorogo ini di jalankan oleh KUWOK (Drum), NGGANDEN (Guitar), BINTONK (Bass), BIGCONE (Voc).
Selain mereka masih banyak lagi band punk di ponorogo yang selalu eksis, seperti: BYAR PETH, CHAOS KIDS, BORGOL 08, TULANG RUSUK, BAKTERI FORCE.
Adalah outSIDers reogcity, satu lagi komunitas punk di Ponorogo. Ya, mereka adalah ” pengikut ” Superman Is Dead, salah satu band punk dari Kuta, Bali, Indonesia. Band yang di gawangi Bobby cool ( guitar ), Eka rock ( Bass ), dan Jerinx ( drum ) ini telah menginspirasi anak-anak muda Jalan Semeru dan Jalan Merbabu Ponorogo untuk membentuk komunitas SID di Ponorogo. Ya, disinilah permulaan itu, dan pada tanggal 8 Agustus 2008 ( 080808 ) outSIDers reogcity resmi terbentuk. Komunitas yang awalnya beranggotakan hanya belasan orang, kini anggotanya sudah mencapai ratusan umat. Ini juga pengaruh dari eksisnya band pujaan mereka itu di jagat musik Indonesia.
PUNKNOWROCKGO, dengan nama itulah mereka menyebut kota ini dan selalu berkumpul setiap hari minggu pagi jam 10.00 di skate park ( depan gedung kesenian ). Menyanyikan bersama lagu-lagu SID, ataupun hanya sekedar berbincang, dan dengan sepeda Lawrider, itu semua sudah membuat mereka gembira. Mereka juga tak pernah absen pada even-even SID, mereka selalu mengikuti kemanapun SID manggung.
Mereka sangat mudah sekali di tandai ketika sedang berkumpul. Menggunakan kaos ” kebesaran ” berwarna hitam, dengan logo outSIDers reogcity di punggung, dan bertuliskan Kuta Reog City ( plesetan dari: Kuta Rock City, salah satu album SID ) di bawah logo itu.Di kaos itu juga bertuliskan visi dan cita-cita para outSIDer itu.
Itulah sedikit cerita tentang mereka, punk di Ponorogo. CHEERS FOR FREEDOM…
Nama Punk mungkin memang sudah sering kita dengar di telinga kita, tapi mungkin sangat tidak sering sekali kita mendengar keberadaan punk di kota Ponorogo kita ini. Sebenarnya mereka sudah lama di kota ini, sudah eksis dengan karya-karya mereka. Nah, sebelumnya saya akan memberikan sedikit gambaran tentang Punk, yang diambil dari berbagai sumber:
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Dan itulah mereka. Tapi disini saya akan lebih menggaris bawahi tentang Band Punk, karya-karya mereka, dan komunitas mereka di Ponorogo.
Berawal dari malam minggu tanggal 17 Mei kemarin yang menginspirasi tulisan ini. Sebuah acara band punk di gelar malam itu, tepatnya di Jalan Muria 50 Ponorogo, PRO STATION MUSIC STUDIO. Mereka memainkan musik ngebut semalam suntuk. Tak hanya mereka yang dari Ponorogo yang mengisi acara itu, mereka yang dari luar kota pun datang: Madiun, Solo, Pacitan, etc.
Memang disinilah para Punker Ponrogo itu banyak dilahirkan. PRO STATION MUSIC STUDIO, tempat dimana mereka berkreasi dan menumpahkan segalanya. Mulai dari ANTHIOSIS, band yang di gawangi oleh Neoan “NEON” Perdana ( Drum ), Fyor “KEMEK” Birahmatika ( Gitar+Voc ), Arya “JA’OX” Robbi ( Bass+Voc ) ini mulai mencoba bernyanyi di 2007. Band yang sempat mempunyai nama BRINGAZ 1908 ini pun sempat beberapa kali ganti personel.
“ Tenang saja, Kita “masih ada” rasa respect terhadap OSIS. Setidaknya masih ada rasa harga menghargai terhadap OSIS itu sendiri. Nama ANTHIOSIS sendiri hanya mewakili kebencian kita terhadap siswa-siswi pengurus OSIS. Bersikap berdasar realita, kebiasaan, dan tradisi. Dari dulu sampai sekarang, “sikap luar” siswa-siswi OSIS tidak pernah berubah!!! Kesombongan, keangkuhan, dan ke-an ke-an yang lain, yang sok itu, yang sok ini dan sok-sok yang lain…(HAHA..) ” kata mereka.
Awal November 2007, ANTHIOSIS mengikuti audisi band sebuah acara musik rock lokal, dan nantinya akan dipilih 10 band untuk berparade ria di depan publik kota reog. Kesempatan yang baik buat ANTHIOSIS mengepakkan sayap pertamanya.
Dan… Sesuai harapan, akhirnya mereka ber’3 lolos audisi dan berhak tampil di acara tersebut, (tepatnya 11 November 2007). ANTHIOSIS menggeber 2 lagu cover yakni dari Begundal Lowokwaru & Marjinal.
Lumayan sukses di kepakan pertama, proyek selanjutnya adalah mencoba merubah image band. Tidak lagi menjadi band cover, dengan mulai sibuk mencari materi untuk own songs sekaligus mencari karakter band.
Terus mengasah taji dengan sering “ngesong” di luar kota, plus aktif di even-even lokal (sempat membuka gelaran “MARLBORO EXTREME ROCK 2008″ Feat Blingsatan-Sby Street Rock Di Ponorogo tepatnya 5 Juli 2008).
Puncaknya 19 JULI 2088 band yang punya bascamp di jalan Thamrin 72 Po ini ditawari untuk solo perform di salah satu cafe ternama di Ponorogo, Warock Cafe. Menggeber kurang lebih 10 own songs ANTHIOSIS. Suasana meriah, dan mereka eksis sampai sekarang di kota reog ini.
Kentrong Bunthong. Salah satu band punk paling eksis di Ponorogo. Berdiri pada Juli 2006, sama-sama PRO STATION MUSIC STUDIO production. Band yang di huni Edenk/Adhit (drum), Kenthuz/Bagus (guitar/voc), Gendhut/Rifki (bass/voc), Kancil/Waga (guitar), Bengkring/Richard (voc) ini memiliki aliran crusty punk. Eksistensi mereka sudah tidak dipertanyakan lagi, suara mereka telah di perdengarkan sampai Surabaya, Gresik, Trenggalek, Pacitan, Madiun, dan kota-kota punk lainnya.
TRAGEDI 98. Band yang berdiri pada 2007 ini dilatar belakangi sebuah peristiwa pada tahun 1998, dimana semua orang (terutama rekan-rekan mahasiswa) menginginkan adanya perubahan sistem hukum negeri ini. Dan yang menjadi awal berdirinya reformasi di negeri ini sampai sekarang. Band yang sering nongkrong di trotoar jalan Sudirman Ponorogo ini di jalankan oleh KUWOK (Drum), NGGANDEN (Guitar), BINTONK (Bass), BIGCONE (Voc).
Selain mereka masih banyak lagi band punk di ponorogo yang selalu eksis, seperti: BYAR PETH, CHAOS KIDS, BORGOL 08, TULANG RUSUK, BAKTERI FORCE.
Adalah outSIDers reogcity, satu lagi komunitas punk di Ponorogo. Ya, mereka adalah ” pengikut ” Superman Is Dead, salah satu band punk dari Kuta, Bali, Indonesia. Band yang di gawangi Bobby cool ( guitar ), Eka rock ( Bass ), dan Jerinx ( drum ) ini telah menginspirasi anak-anak muda Jalan Semeru dan Jalan Merbabu Ponorogo untuk membentuk komunitas SID di Ponorogo. Ya, disinilah permulaan itu, dan pada tanggal 8 Agustus 2008 ( 080808 ) outSIDers reogcity resmi terbentuk. Komunitas yang awalnya beranggotakan hanya belasan orang, kini anggotanya sudah mencapai ratusan umat. Ini juga pengaruh dari eksisnya band pujaan mereka itu di jagat musik Indonesia.
PUNKNOWROCKGO, dengan nama itulah mereka menyebut kota ini dan selalu berkumpul setiap hari minggu pagi jam 10.00 di skate park ( depan gedung kesenian ). Menyanyikan bersama lagu-lagu SID, ataupun hanya sekedar berbincang, dan dengan sepeda Lawrider, itu semua sudah membuat mereka gembira. Mereka juga tak pernah absen pada even-even SID, mereka selalu mengikuti kemanapun SID manggung.
Mereka sangat mudah sekali di tandai ketika sedang berkumpul. Menggunakan kaos ” kebesaran ” berwarna hitam, dengan logo outSIDers reogcity di punggung, dan bertuliskan Kuta Reog City ( plesetan dari: Kuta Rock City, salah satu album SID ) di bawah logo itu.Di kaos itu juga bertuliskan visi dan cita-cita para outSIDer itu.
Itulah sedikit cerita tentang mereka, punk di Ponorogo. CHEERS FOR FREEDOM…
Superman Is Dead: Indonesia Permata Buram
BALI - Inilah Superman is Dead. Band dari Bali yang membawa Indonesia memasuki anak tangga lagu Billboard dalam kategori ”Uncharted”. Dengan jumlah pendengar di internet lebih dari 1,7 juta orang, SID menduduki peringkat ke-23 dari 50 band terpopuler di dunia.
Band yang diawaki Jerinx (33, I Gede Ari Astina, drum), Eka Rock (35, I Made Eka Arsana, bas), serta Bobby Kool (33, I Made Putra Budi Sartika, vokal dan gitar) terus bergerak dan semakin eksisnya di dunia musik. Tidak melulu di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara, dari Australia, Singapura, dan Amerika Serikat. Misinya: melakukan perlawanan terhadap sistem yang bobrok.
Apakah SID akan tetap konsisten dengan memainkan punk rock atau suatu hari nanti akan menyesuaikan diri dengan pasar?
(Teddy Hutabarat, xxxx@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Bagi SID, punk rock adalah gagasan untuk mengubah sesuatu menjadi ideal dengan apa yang kita percaya. Musik SID bisa saja berubah, tetapi selama perubahan itu tidak menumpulkan perjuangan gagasan yang kita percaya, sah-sah saja jika ada sedikit perubahan.
Kenapa pakai nama ”Superman is Dead”?
(Sugeng Riyadi, xxxx@yahoo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Kami memilih nama SID karena musik kami memiliki pesan yang sangat jarang diangkat oleh band-band Indonesia. Dipilih bernama SID karena kami tidak percaya akan konsep manusia sempurna. Semua manusia pasti memiliki sisi gelap dan terang, serta obsesi menjadi manusia sempurna. Contohnya di Indonesia, mereka yang mengklaim diri paling benar/sempurna malah lebih sering menindas yang lemah dan yang tak sepemikiran.
Bli, kalau tidak manggung ada pekerjaan sampingan, ya?
(I Gusti Bagus Raka DY, Bandung)
Selain bermusik, personel SID memiliki bidang usaha sendiri- sendiri. Bobby adalah seorang graphic designer sekaligus owner brand Electrohell. Selain itu, dia juga memiliki studio rekaman Electrohell. Eka adalah seorang pakar IT, pemilik warnet V8 yang juga menyelami fotografi dan bisnis makelar. Saya sendiri, selain penulis, memiliki Twice Bar/Diner/Tattoo, penyewaan papan surfing dan Rumble Clothing.
Bagaimana cara SID membuktikan kepada publik bahwa band yang sehari-sehari berada di Bali (jauh dari Jakarta) bisa bersaing sehat dan sukses seperti band- band yang ada di sekitar media?
(VJ Ianz, xxxx@yahoo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Satu-satunya cara ya dengan menunjukkan prestasi dan hal- hal positif. Kami percaya di era internet seperti ini, jarak
bukanlah masalah besar jika kamu sudah memiliki reputasi yang dibangun atas dasar integritas dan kerja keras, bukan atas dasar popularitas jalan pintas semata.
Menurut SID pribadi pencapaian terbesar SID sepanjang karier yang tak terlupakan?
(Virtuoso, xxxx@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Yang tidak bisa kami lupakan adalah ketika mengikuti Vans Warped
Tour keliling Amerika Serikat tahun 2009. Selama sebulan kita manggung
di 16 kota di sana. Bermain satu arena dengan band-band seperti
Bad Religion, Anti Flag, dan NOFX adalah mimpi besar yang menjadi
kenyataan. Walaupun tidak semua berjalan mulus dan sempurna,
hal-hal yang kami dapat selama tur tidaklah tergantikan oleh
apa pun juga.
Kalau ulah fans paling gila ada banyak macamnya:
dari yang nekat kabur dari rumahnya di Jawa untuk mencari kami di
Bali; seorang ibu menelepon SID saat dia sedang dalam proses
melahirkan, sampai yang menato tubuhnya dengan gambar SID.
Ketika seluruh dunia sudah mengenal kalian, perlawanan seperti apa yang ingin kalian lakukan?
(Yendra Apriyanto, xxxx@yahoo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Perlawanan terhadap generalisasi. Apa pun yang bersifat
generalisasi, terutama yang negatif, kami akan selalu mencoba
tampil sebagai tandingannya.
Berdasarkan rumor yang berkembang, Jerinx bersama band keduanya, yaitu DevilDice, akan merilis album tahun ini. Apakah ada rasa khawatir?
(Annisya Primawindy, Ciputat, Tangerang)
Eka Rock: Kami tahu mengapa kami di Superman Is Dead sampai sejauh
ini. Mengenai JRX dengan Devildice-nya, bukan merupakan kekhawatiran, saya percaya JRX bisa memikirkan skala prioritasnya, dari sejak berdiri pun saya support Devildice, bahkan pernah mewakili mereka sebagai manajernya.
Bobby Kool: Tidak sama sekali karena kita tidak pernah membatasi atau
mengekang salah satu personel SID untuk berekspresi, apalagi membuat sesuatu yang bersifat seni. Kita tahu mana yang ditotalitaskan dan mana yang segmentaris.
Apa masalah terbesar
yang dihadapi bangsa ini?
(Alfonsus Delly Johannes, Jogja)
Kemiskinan masih menjadi penghalang kemajuan. Kemiskinan menjauhkan masyarakat dari pendidikan dan kesehatan yang layak. Kemiskinan dan kurangnya
pendidikan adalah satu faktor maraknya aksi kekerasan, berbau SARA maupun tidak.
Belum lagi budaya korupsi yang
menambah lambat laju bangsa ini menuju sejahtera. Solusinya cuma satu, pemerintah dan rakyat harus belajar mengutamakan kepentingan negara dan—ini yang paling susah—meminggirkan terlebih dahulu kepentingan golongannya.
Biasanya SID dapat inspirasi dari mana kalau ciptain lagu?
(Elsa Suryacitra, xxxx@ymail.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Dari semesta dan berbagai peristiwa besar dan kecil, baik yang terlihat maupun tidak, yang terjadi di dalamnya.
Menurut kalian arti kebebasan itu apa?
(Refly Fadly, xxx@gmail.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Kebebasan yang ideal bagi kami adalah kebebasan yang bertanggung
jawab dan tidak menginjak hak hidup manusia lain.
Siapakah orang yang ingin kalian ajak makan malam, entah dia hidup atau mati. Akan menyajikan apakah? Apa yang kalian pikirkan tentang Indonesia?
(Anugrah TR, xx@gmail.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Sudah pasti almarhum Gus Dur. Kami akan sajikan beliau masakan khas Bali karena kami yakin beliau pasti menyukai masakan cutting-edge, ha-ha.
Analoginya: Indonesia itu bagaikan permata buram yang belum digosok karena si pemilik permata masih belum memiliki alat yang tepat untuk menggosok dan menjadikannya berkilau. Untuk sementara, permata itu digosok memakai alat ’pinjaman’ yang berlumur darah dan sarat kepentingan golongan.
Kenapa semakin lama, lagu-lagu SID mulai ”mengikuti arus”? Apa idealisme punk rock ala SID sudah mulai luntur? ”Lady Rose”, ”Saint of My Life” apa itu punk rock?
(Rizki Hamdani, @myself.com)
Yup, anda mesti lebih banyak lagi belajar literatur-literatur punk rock. Band punk rock itu bukan cuma Sex Pistols, The Exploited dan semacamnya. Punk rock bukan tentang kulit luar dan makian. Perluas wawasan, baru deh kita bicara esensi.
Kenapa SID selalu menyuarakan lagu-lagu
perdamaian?
(Robi Outsiders, Cipanas)
Di Indonesia, menyuarakan perdamaian secara frontal itu butuh nyali karena masih ada banyak kekuatan yang sengaja menebar kebencian dan perang demi kepentingan kelompoknya. Kami memilih tema-tema seperti itu karena melihat perdamaian dan kemerdekaan sesungguhnya belum terwujud di negara ini. Rakyat hidup dalam ketakutan.
Apakah seorang punk boleh berbicara tentang politik?
(Niluh Komang Intan, xxxx@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Siapa saja boleh berbicara politik. Tapi semua juga ada ruang dan waktunya. Kalau dari sudut pandang SID, politik di Indonesia sama seperti negara-negara berkembang lainnya, masih belum satu suara. Terlihat dari kepentingan kelompok yang lebih dominan ketimbang kepentingan bangsa.
Jika SID duet dengan Rhoma Irama mau tidak?
(Yan Rinaldy, xx@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Sayangnya apa yang dulu dia lakukan terhadap Inul membuat kami kehilangan respek dan tidak tertarik berduet dengannya :)
Musik apa yang mengisi rumah kalian sewaktu kecil?
(Laras Wiyardhani, xxxx@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
JRX: Yang pasti gamelan-gamelan Bali. Ha-ha. O ya, dulu ayah saya memiliki usaha toko kaset, jadi saya sering diputarkan musik apa saja yang populer saat itu. Biasalah, pedagang....
Eka Rock: Dari kecil saya diracuni oleh musik classic rock, macam Deep Purple, Led Zeppelin, Gary Moore, dan sebagainya. Karena di sebelah rumah saya tempat latihan kakak-kakak dan tetangga saya yang memainkan jenis musik itu pada era 1980-an. Orangtua saya lebih banyak mendengarkan pop balad pada zaman itu.
Tetapi, beruntung, saya pada saat menanjak remaja, mereka sangat mentoleransi selera musik saya yang condong ke rock, bahkan saat memutar lagu thrash metal pun, mereka tidak pernah complain.
Bobby Kool: Musik tradisional Bali. Berkembang ke musik Indonesia dan Barat.
Sumber: Kompas Cetak/(ush)
Punk ala Superman Is Dead, daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin
Diundang oleh event organizer Mastra Production dari Philadelphia,tur SID kali ini bertajuk From Bali with Rock. Setelah melihat jadwal Vans Warped Tour cocok dengan jadwal tur mereka, manajer NOFX kent Jamieson (SID pernah menjadi band pembuka NOFX di bali) dalan hal merekomendasikan SID kepada pendiri Vans Warped tour, Kevin Lyman, Pun berbuah manis. mereka didulat bermain di kevin says stage di 11 kota.
dengan ini mereka mencatat sejarah dengan menjadi band Asia pertama yang tampil di tur tersebut walau belum pernah merilis album di amerika. sebelum mereka, terdapat band dari beijing yang tampil di Warped Tour, namun berkat diboyong oleh labelnya yang berasal asal amerika. SID bisa dibilang mendapat kesempatan unjuk gigi murni berkat kerja keras dan kualitas mumpuni mereka.
dalam kata-kata mereka sendiri, tampil di amerika adalah, "A big chapter for us and one of our biggest dreams. sejauh ini kami sangat excited dan ada sedikit perasaan tegang juga." dengan waktu tampil hanya 20 menit, mereka berjanji dan akan menyanyikan repertoar tanpa ampun."hajar sejak awal,tanpa jeda dan pergi pada saat yang tepat," ujar mereka yang juga akan berencana memasang bendera indnesia di panggung. "dengan waktu yang singkat, kami akan coba meninggalkan kesan yang tajam menusuk."
Superman is dead berawal ketika drummer ari astina atau jerinx (jrx) bertemu dengan vokalis/gitaris Budi sartika atau Bobby kool di tahun 1995, dan membentuk band punk. Green Day dan NOFX menjadi Kiblat, kemudian datanglah basis Eka Rock, dan berdirilah Superman's Silvergun (diambil dari lagu Stone temple Pilots), yang kemudian permanen berganti menjadi superman is Dead, gerombolan hingr bingar ini mulai merilis album secara independen di tahun 1997 yait case 15, yang disambung dengan Superman is dead (1998), dan EP Bad bad bad (2002), setahun setelahnya mereka bergabung dengan sony untuk merilis album Kuta Rock city(2003) the Hangover decade(2004) dan Black Market love(2006)
butuh waktu agar nama mereka semakin luas dikenal namun mulai tahun 2003,nama SID mulai mencorong di tanah air. setelah menjadi band pembuka konser Hoobastank di Bali (2002), mereka mulai didapuk untuk berbagai pensi SMA di Jakarta hingga hingga dilirik media nasional. setahun setelahnya mereka memenangi penghargaan MTV awards dan AMI awards untuk kategor the best New Artist. di bulan oktober 2007, mereka mendapat kesempatan berharga menjalani tur di australia, menyambangi delapan kota dan menggelar 16 konser dalam waktu 33 hari, berbagi panggung dengan international Noise Conspiracy, NOFX, MXPX sampai Hoobastank.
SID terkenal dengan gaya dandanannya yang terencana dan serius. Namun di atas itu semua, SID memiliki pemikiran yang tak kalah serius dan tertuang dalam lagu-lagu mereka. Tak sekedar bergaya rockabily dan beringas dalam musik, SID memiliki kedalaman isi yang diutarakan dengan Fasih. Ekspresi dan Pkuralisme, diskriminasi, budaya kekerasan, kemerdekaan berpendapat, hingga isu lingkungan terang dalam lirik lagu yang cerdas, Kritis, tanpa mengurangi nilai musikalitas yang mereka junjung.
ketika disinggung perihal ini, mereka menjawab panjang lebar, "kami percaya sebuah isu akan bisa menjadi sedikit teratasi dan mulai menemukan solusi saat kita mulai terbiasa membicarakannya. contohnya, isu HIV dan global warming. mungkin suatu saat, hal yang sama akan terjadi dalam isu kesetaraan, atau SARA yang mudah-mudahan nantinya bisa memberi impact positif dalam kehidupan di indonesia yang multikultural. banyak musisi lain melihat apa yang kami lakukan ini tidak efektif. buat apa musisi bicara tentang kesetaraan dan perdamaian. And you know what? we don't give a flying fuck about what you think of us. we're rebels and we like to take some risk. kami tidak mengkalim diri kami lebih baik dari orang lain, tapi SID mencintai indonesia dan ingin melakukan sesuatu yang positif untuk pemikiran generasi muda. bagi SID, rasa ketidakpedulian tidak akan membawa kita kemana-mana. menjadi peduli adalah tindakan yang bernyali, karena kami punya musik, maka musiklah yang kami pakai sebagai senjata, kami nyaman dengan apa yang kami lakukan dan ada di posisi ini: sebuah band minortas dengan fanbase kuat yang tidak takut dengan dirinya dan selalu berpesta keras untuk bhinneka tunggal ika. Does thas sound familiar in indonesia? hell no."
seperti di album angel and the outsiders, SID mencatat lirik yang singkat namun menohok : "satu nusa/satu bangsa/satu nusa/saling mangsa" (luka indonesia). menurut SID, mereka ingin menonjolkan eneergi positivity, kerja keras dan semangat bhinneka tunggal ika dalam album yang mereka nilai memiliki sampul album terbaik sejak London Calling milik the clash. selain itu, mereka menyebut bahwa album ini adalah "A mind Opener untuk generasi yang meenganggap punk rock identik dengan permainan cepat penuh distorsi. kami suka bahwa SID tidak harus selalu bermain up-tempo untuk tetap menyalakan api pemberontakan."
berdiri selama lebih dari 10 tahun dengan personel yang sama adalah sebuah prestasi untuk band manapun. memasuki usianya yang ke 14, SID tetap gagah dan memegang teguh etika 'in your face' yang menjadi fondasi band punk rock. "kami merasa it's just the begining of SID. kami terlahir kembali dengan Angels and the Outsiders, dan kami masih terus belajar bagaimana cara menundukan indutri musik indonesia, belajar bagaimana menerjemahkan isi kepala dan hati kita dengan lebih utuh tanpa bias, agar pendengar juga bisa menerjemahkannya dengan benar," ujar mereka.ketika ditanya soal tantangan dalam hal mempertahankan keutuhan band keutuhan band, jawaban mereka jujur sekaligus mencerminkan kondisi musik indonesia yang sering ironis. "tantangan terbesar justru datang dari industri musik indonesia, dimana kami kadang dihadapkan dengan sebuah tembok besar bernama diskriminasi. hal-hal seperti itu yang kadang mebuat kita drop, namun kadang juga memberi motivasi untuk lebih keras lagi menampar wajah industri musik indonesia, dengan prestasi dan hal-hal positif tentunya"
sikap sadar diri sebagai minoritas dalam musik indonesia yang kini semakin homogen bukan berarti lantas mereka kehilangan gigi.penggemaar yang tetap setia dan berkembang dilihat sebagai refleksi SID terhadap masyarakat arus utama. dalam kata-kata mereka sendiri , "walaupun kami minoritas, kami makin kuat dan tidak pernah sendiri." dengan cita-cita tulus menjadi band yang membuat orang tua dan pacar anda resah , SID akan tetap merangsek maju beramunisi notasi, cinta dan kepedulian yang tak pernah habis.
Anak Punk: Apa Salah Kami!
Kami hidup di alam kami. Kami tidak pernah mengganggu kalian, dan kami juga hidup tidak meminta bantuan kalian, kami makan dengan cara kami, lalu mengapa kalian memusuhi dan selalu menghina kami. Seolah-olah, kami anjing kurap yang harus dibasmi!Anak punk, punky group, anak gaul, anak nge-punk atau sejenisnya. Siapa yang tidak mengenal mereka. Sekelompok anak muda dengan tampilan yang berbeda. Rambut bergarna, anting-anting yang nyaris menghiasi seluruh tubuh, seperti lidah, bibir hingga hidung, tampil eksentrik dengan penuh percaya diri, tidak peduli kehadiran mereka yang “aneh” itu terkadang dibenci oleh masyarakat disekitarnya.
Anak punk, merupakan sebuah indentitas anak-anak muda yang ingin diperhatikan, ingin diakui dan mendapat “tempat” dihati masyarakat.
Namun sayang, rasa ingin diperhatikan ini justru dipandang lain oleh sebagian kita yang katanya memiliki toleransi dan saling menghargai.
Mari kita lihat kehidupan mereka, tidur tak ber-alaskan langit, dan singgah dimanapun tempat yang dapat disinggahi untuk dapat berteduh dari teriknya matahari, derasnya air hujan dan tidak sedikit mereka mencari tempat untuk berlindung dari kejaran masyarakat.
Tapi mereka tetap bertahan dengan kemampuan mereka. Di Aceh, saya sempat melihat bagaimana mereka mengamen untuk mencari sesuap nasi agar terhindar dari tindakan kriminal.
“Dari pada dicuri, lalu ditangkap polisi, mending kami ngamen walau terkadang orang berlari melihat kami,” kata salah seorang anak punk, saat saya tanyakan perihal aktifitas mereka di bulan suci Ramadhan, tahun lalu.
Saya pribadi senang mendengar jawaban tersebut. Saya Bangga, karena mereka juga memiliki harga diri dari pada harus mengemis tidak di jalan-jalan.
Memang, harus diakui, imej anak punk yang selama ini tersemat sebagai anak berandal, beringas, kotor, penjahat jalanan hingga anak-anak buangan masih susah terkikis dari OTAK masyarakat kita.
Walau ada pemberitaan tentang pembunuhan, pencurian dan kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak punk, sebenarnya, apa yang mereka lakukan sangatlah kecil persentasenya bila dibandingkan kejahatan yang dilakukan oleh masyarakat umum.
Justru, pelaku pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, lebih banyak dilakukan oleh manusia-manusia yang katanya lebih baik dari anak-anak punk.
Mau bukti, coba cek pemberitaan di media massa, setiap harinya ada pembunuhan, pemerkosaan, pencuriaan hingga kejahatan sadis lainnya. Tapi, dari semua pemberitaan itu, berapa persenkah kejahatan-kejahatan itu dilakukan oleh anak-anak punk?
Masyarakat kita sudah SOK SUCI dengan mengatakan anak-anak punk adalah sampah masyarakat.
Bahkan tidak sedikit, masyarakat kita berkata : “Tolong bersihkan kota ini dari anak-anak berandal seperti anak punk. Kehadiran mereka merusak kenyamanan dan menggangu pemandangan!”.
Pernyataan diatas, bahkan, tidak sedikit keluar dari mulut para intelektual, manusia bertitel ustad atau ketua agama lainnya, bahkan oleh pejabat-pejabat negeri ini. Mereka seolah sudah berasa paling bersih dibanding anak-anak punk.
Di Aceh, kekesalan saya semakin bertambah saat seorang teman berkata : “Kehadiran anak-anak punk adalah perusak Aceh dan dibayar untuk merusak syariat Islam di Aceh”.
Sebuah pernyataan yang sangat memalukan dan menyakitkan.
Sekarang, mari kita tanya hati kita, sejauh mana mereka mengganggu kita? sejauh mana mereka menyusahkan kita? justru kitalah biang perusak kehidupan mereka.
Anak-anak punk, merupakan sebuah sikap atas anak-anak muda yang menginginkan pengakuan terhadap status mereka. Mereka hadir sebagai anak punk pun bukanlah lahir atas sendirinya. Tapi mereka hadir dan lahir atas sikap masyarakat kita, atas sikap keluarga yang bersikap zalim terhadap kehidupan mereka, sehingga mereka mencari “peralihan” cara agar mereka bisa bertahan hidup.
Lingkungan telah merubah mereka. Kehajatan rumah tangga (KDRT), ketidakadilan dalam kehidupan masyarakat dan kezaliman lainnya yang mereka lihat dan mereka rasakan langsung. DAN PAHAMKAH KITA AKAN INI!
Di Aceh, bahkan, anak-anak punk pun ditangkap dan digunduli. Mereka di bina oleh kepolisian.
Partanyaan saya, mengapa mereka ditangkap, mengapa mereka digunduli? apa salah mereka? Karena, tidak sedikit dari mereka juga menjalankan shalat lima waktu, menjalankan puasa ramadhan, dan pastinya, ANAK PUNK TIDAK PERNAH KORUPSI!
Mereka ditangkap karena alasan masyarakat tidak nyaman atas kehadiran mereka.
Mengapa bukan kita, masyarakat, yang membina mereka dengan berbagai kegiatan. Membina mereka dengan aktifitas yang lebih bermanfaat. Bukan harus ditangkap dan digunduli. Seolah-olah mereka adalah penjahat yang harus dihabisi.
Bisa jadi, kita, masyarakat yang menuduh mereka anak-anak “rusak” justru lebih rusak dari anak-anak punk itu sendiri. Bahkan, para penangkap anak-anak punk itu, belum tentu mereka melaksanakan shalat lima waktu. Dan belum tentu tidak melakukan korupsi di kantornya.
Mari tanyakan hati kita!
Sejarah Punk: Jangan Ngaku Anak Punk Sebelum Baca Tulisan Ini!
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal. Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker. Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama. Gaya hidup dan Ideologi Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni). Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas). Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka. Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing. Punk dan Anarkisme Kegagalan Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik. Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri. Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara. Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri). Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk. Komunitas yang satu ini memang sangat berbeda sendiri dibandingkan dengan komunitas pada umumnya. Banyak orang yang menilai bahwa komunitas yang satu ini termasuk salah satu komuitas yang urakan, berandalan dan sebagainya. Namun jika dicermati lebih dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat di komunitas ini. Punk sendiri terbagi menjadi beberapa komunitas-komunitas yang memiliki ciri khas tersendiri, terkadang antara komunitas yang satu dengan komunitas yang lain juga sering terlibat masalah. Walaupun begitu mungkin beberapa komunitas Punk di bawah ini dapat mempengaruhi kehidupan Anda sehari-hari. Punk Community Anarcho Punk Komunitas Punk yang satu ini memang termasuk salah satu komunitas yang sangat keras. Bisa dibilang mereka sangat menutup diri dengan orang-orang lainnya, kekerasan nampaknya memang sudah menjadi bagiandari kehidupan mereka. Tidak jarang mereka juga terlibat bentrokan dengan sesama komunitas Punk yang lainnya. Anarcho Punk juga sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut. Ideologi yang mereka anut diantaranya, Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist.Crass, Conflict, Flux Of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk. Crust Punk Jika Anda berpikir bahwa Anarcho Punk merupakan komunitas Punk yang sangat brutal, maka Anda harus menyimak yang satu ini. Crust Punk sendiri sudah diklaim oleh para komunitas Punk yang lainnya sebagai komunitas Punk yang paling brutal. Para penganut dari faham ini biasa disebut dengan Crusties. Para Crusties tersebut sering melakukan berbagai macam pemberontakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Musik yang mereka mainkan merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk dengan Heavy Metal. Para Crusties tersebut merupakan orang-orang yang anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama Crusties saja. Glam Punk Para anggota dari komunitas ini merupakan para seniman. Apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sering mereka tuangkan sendiri dalam berbagai macam karya seni. Mereka benar-benar sangat menjauhi perselisihan dengan sesama komunitas atau pun dengan orang-orang lainnya. Hard Core Punk Hard Core Punk mulai berkembang pada tahun 1980an di Amerika Serikat bagian utara. Musik dengan nuansa Punk Rock dengan beat-beat yang cepat menjadi musik wajib mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam kehidupan mereka sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering bermasalah. Nazi Punk Dari sekian banyaknya komunitas Punk, mungkin Nazi Punk ini merupakan sebuah komunitas yang benar-benar masih murni. Faham Nazi benar-benar kental mengalir di jiwa para anggotanya. Nazi Punk ini sendiri mulai berkembang di Inggris pada tahun 1970an akhir dan dengan sangat cepat menyebar ke Amerika Serikat. Untuk musiknya sendiri, mereka menamakannya Rock Against Communism dan Hate Core. The Oi The Oi atau Street Punk ini biasanya terdiri dari para Hooligan yang sering membuat keonaran dimana-mana, terlebih lagi di setiap pertandingan sepak bola. Para anggotanya sendiri biasa disebut dengan nama Skinheads. Para Skinheads ini sendiri menganut prinsip kerja keras itu wajib, jadi walaupun sering membuat kerusuhan mereka juga masih memikirkan kelangsungan hidup mereka. Untuk urusan bermusik, para Skinheads ini lebih berani mengekspresikan musiknya tersebut dibandingakan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Para Skinheads ini sendiri sering bermasalah dengan Anarcho Punk dan Crust Punk. Queer Core Komunitas Punk yang satu ini memang sangat aneh, anggotanya sendiri terdiri dari orang-orang “sakit”, yaitu para lesbian, homoseksual, biseksual dan para transexual. Walaupun terdiri dari orang-orang “sakit”, namun komunitas ini bisa menjadi bahaya jika ada yang berani mengganggu mereka. Dalam kehidupan, anggota dari komunitas ini jauh lebih tertutup dibandingkan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Queer Core ini sendiri merupakan hasil perpecahan dari Hard Core Punk pada tahun 1985. Riot Grrrl Riot Grrrl ini mulai terbentuk pada tahun 1991, anggotanya ialah para wanita yang keluar dari Hard Core Punk. Anggota ini sendiri juga tidak mau bergaul selain dengan wanita. Biasanya para anggotanya sendiri berasal dari Seattle, Olympia dan Washington DC. Scum Punk Jika Anda tertarik dengan Punk, mungkin ini salah satu komunitas yang layak untuk diikuti. Scum Punk menamakan anggotanya dengan sebutan Straight Edge Scene. Mereka benar-benar mengutamakan kenyamanan, kebersihan, kebaikan moral dan kesehatan. Banyak anggota dari Scum Punk yang sama sekali tidak mengkonsumsi zat-zat yang dapat merusak tubuh mereka sendiri. The Skate Punk Skate Punk memang masih erat hubungannya dengan Hard Core Punk dalam bermusik. Komunitas ini berkembang pesat di daerah Venice Beach California. Para anggota komunitas ini biasanya sangat mencintai skate board dan surfing. Ska Punk Ska Pun merupakan sebuah penggabungan yang sangat menarik antara Punk dengan musik asal Jamaica yang biasa disebut reggae. Mereka juga memiliki jenis tarian tersendiri yang biasa mereka sebut dengan Skanking atau Pogo, tarian enerjik ini sangat sesuai dengan musik dari Ska Punk yang memilikibeat-beat yang sangat cepat. Punk Fashion Para Punkers biasanya memiliki cara berpakaian yang sangat menarik, bahkan tidak sedikit masyarakat yang bukan Punkers meniru dandanan mereka ini. Terkadang gaya para Punkers ini juga digabungkan dengan gaya berbusana saat ini yang akhirnya malah merusak citra dari para Punkers itu sendiri. Untuk pakaiannya sendiri, jaket kulit dan celana kulit menjadi salah satu andalan mereka, namun ada juga Punkers yang menggunakan celana jeans yang sangat ketat dan dipadukan dengan kaos-kaos yang bertuliskan nama-nama band mereka atau kritikan terhadap pemerintah. Untuk rambut biasanya gaya spike atau mohawk menjadi andalan mereka. Untuk gaya rambut ini banyak orangorang biasa yang mengikutinya karena memang sangat menarik, namun terkadang malah menimbulkan kesan tanggung. Body piercing, rantai dan gelang spike menjadi salah satu yang wajib mereka kenakan. Untuk sepatu, selain boots tinggi, para Punkers juga biasa menggunakan sneakers namun hanya sneakers dari Converse yang mereka kenakan. Gaya para punkers tersebut nampaknya semakin marak dikenakan akhir-akhir ini, jika begitu mungkin Anda setuju dengan ungkapan PUNK NOT DEAD.!! |
Pengamen: Kami Bukan Preman
DHONI SETIAWAN Forum Solidaritas Pengamen Jalanan menggelar aksi jalan kaki dari Bunderan Hotel Indonesia menuju Kantor Gubernur DKI Jakarta, Kamis (24/6/2010). Aksi ini untuk menyikapi sikap Satpol PP yang kerap salah tangkap saat menggelar operasi preman.
Gitar, seruling, dan tifa serta berbagai nada sindiran yang tertuang dalam poster mereka usung dalam aksi kali ini. Mereka juga menggelar aksi teatrikal. Aksi mereka tidak mengganggu arus lalu lintas di Jalan MH Thamrin.
Menurut salah seorang peserta aksi, Ceko (49), aksi ini untuk menyikapi aksi Satpol PP yang menurut mereka asal tangkap dalam operasi preman yang gencar dilakukan dalam minggu-minggu ini. "Kami ini orang benar. Kami memang pengangguran, tapi berkreasi. Jangan asal tangkap. Kalo perlu jangan pakai seragam, selidiki dulu baru ditangkap," ungkapnya.
Ceko mengungkapkan, ia bersama teman-temannya malah bekerja sama dengan Polsek Setiabudi untuk menangkap para orator bus kota yang sering bertindak intimidatif terhadap para penumpang. "Delapan belas orang dapat kita sikat di kolong Karet, Sudirman," ungkap Ceko.
Rombongan para pengamen ini berharap dapat menyampaikan aspirasinya langsung kepada Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. "Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami hanya pengin mereka tahu, kami pentas, kami seniman, seniman yang manggung di roda bus yang berjalan. Kami hanya pengin cari makan, itu saja," kata Ceko yang sudah dianggap oleh pengamen lainnya sebagai sesepuhnya para pengamen jalanan.
Langganan:
Postingan (Atom)