Kamis, 10 Maret 2011

Pengamen: Kami Bukan Preman

DHONI SETIAWAN Forum Solidaritas Pengamen Jalanan menggelar aksi jalan kaki dari Bunderan Hotel Indonesia menuju Kantor Gubernur DKI Jakarta, Kamis (24/6/2010). Aksi ini untuk menyikapi sikap Satpol PP yang kerap salah tangkap saat menggelar operasi preman.
JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 80 pengamen dari berbagai wilayah di Jakarta menggelar aksi long march dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Balaikota, Kamis (24/6/2010). Aksi yang diwadahi oleh Forum Solidaritas Pengamen Jalanan ini mengeluhkan tindakan yang dilakukan oleh aparat Satpol PP DKI yang akhir-akhir ini kerap menggelar operasi preman. Dalam operasi itu para pengamen kerap terjaring, padahal mereka menyatakan diri bukan preman.
Gitar, seruling, dan tifa serta berbagai nada sindiran yang tertuang dalam poster mereka usung dalam aksi kali ini. Mereka juga menggelar aksi teatrikal. Aksi mereka tidak mengganggu arus lalu lintas di Jalan MH Thamrin.
Menurut salah seorang peserta aksi, Ceko (49), aksi ini untuk menyikapi aksi Satpol PP yang menurut mereka asal tangkap dalam operasi preman yang gencar dilakukan dalam minggu-minggu ini. "Kami ini orang benar. Kami memang pengangguran, tapi berkreasi. Jangan asal tangkap. Kalo perlu jangan pakai seragam, selidiki dulu baru ditangkap," ungkapnya.
Ceko mengungkapkan, ia bersama teman-temannya malah bekerja sama dengan Polsek Setiabudi untuk menangkap para orator bus kota yang sering bertindak intimidatif terhadap para penumpang. "Delapan belas orang dapat kita sikat di kolong Karet, Sudirman," ungkap Ceko.
Rombongan para pengamen ini berharap dapat menyampaikan aspirasinya langsung kepada Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. "Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami hanya pengin mereka tahu, kami pentas, kami seniman, seniman yang manggung di roda bus yang berjalan. Kami hanya pengin cari makan, itu saja," kata Ceko yang sudah dianggap oleh pengamen lainnya sebagai sesepuhnya para pengamen jalanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar