Kamis, 10 Maret 2011

Anak Punk: Kami Enggak Mau "Nyopet"!



Ilustrasi: Potongan rambut ala mohawk

JAKARTA, KOMPAS.com — Punk merupakan pergerakan anak-anak muda kelas pekerja di London, Inggris, tahun 1980-an. Mereka menuntut ketidakadilan yang terjadi pada bidang sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi saat itu.
Dengan mengusung semangat we can do it ourselves, para anak punk ini memilih hidup mandiri, bahkan tak jarang yang akhirnya memutuskan keluar rumah dan hidup di jalan.
Lalu, bagaimana cara mereka bertahan hidup? Survival ala anak punk, komitmen hidup mandiri tanpa bantuan siapa pun, termasuk orangtua, membuat anak-anak punk ini harus memutar otak mencari pendapatan bagi dirinya sendiri. Meski sering kali hidup di jalanan, mereka pantang melakukan tindak kriminal, seperti mencuri atau malak.
"Ha-ha-ha-ha-ha... banyak hal yang bisa dilakukan, Mbak. Yang penting kami enggak nyolong duit negara," canda Geboy (29), pencinta punk yang juga anggota band reggae Djenks' ini.
Menurut pria yang berpendapat punk bukan sekadar musik ini, setiap anak punk punya cara masing-masing untuk bertahan.
"Sebagian memang ada yang hidup di jalan, tapi sebagian punk ada yang punya usaha lain, seperti workshop sablon, distro, dan band," ujarnya, Selasa (28/9/2010) di Jakarta.
Pernyataan itu juga senada dengan apa yang diutarakan Dona (25). "Enggak. Kami enggak mau nyopet atau kriminal lain karena itu sama aja bikin nama punk makin jelek lagi. Kami cari duit sendiri," ujar perempuan yang hidup di rumah kontrakan bersama tiga temannya sesama anggota komunitas punk Melody Street Punk ini.
Dona mengatakan, cara anak-anak punk di komunitasnya untuk mencari uang adalah dengan menjadi tukang parkir, manggung, ataupun membantu proyek film titipan orang.
"Biasanya duitnya jarang buat sendiri, paling buat rame-rame, biar nanti kalau kumpul, buat uang rokok atau minum, atau ntar kalau ada yang sakit," ungkapnya.
Slogan do it yourself itu, yang kemudian mendarah daging di tiap anak punk, berpengaruh pada cara menyambung hidupnya yang tidak mau terikat, seperti masuk menjadi karyawan.
"Iya, makanya banyak yang bikin usaha sendiri, paling sablon kaos, distro gitu, atau jasa tato," ujar Dona kepada Kompas.com.
Komunitas sebagai rumah
Dona mengatakan, awal masuknya dia ke dalam komunitas punk karena dirinya tengah kabur dari rumah saat kedua orangtuanya berlaku keras bahkan hingga pemukulan.
"Ya, awalnya saya memang kabur dan ketemu temen-temen di sini, dan banyak yang broken home juga, jadi saya ngerasa cocok," ujarnya.
Dona masuk pada tahun 2005. Sebagai satu-satunya anggota aktif di komunitas yang sudah ada dari tahun 1996 ini, Dona merasa menemukan keluarga, termasuk orangtua yang sudah meninggal dunia.
"Di sini justru karena cewek satu-satunya, saya berasa dilindungin. Di sini udah kayak keluarga lah, ikatannya kuat," ungkap Dona.
Geboy yang berasal dari komunitas punk Miracles juga mengaku, kekeluargaan di dalam komunitas sangat erat dan lebih nyaman bertukar informasi tentang dunia punk.
Terkait pola perekrutan untuk masuk ke dalam komunitas, baik Dona maupun Geboy, meyakinkan bahwa tidak ada aturan atau prasyarat apa pun untuk masuk ke dalam komunitasnya, ospek pun juga tidak ada.
"Dulu sempat ada ospek, tapi anak-anak justru protes pada enggak setuju cara itu, jadi sekarang enggak ada. Kalau mau masuk, ya tinggal datang, kami sih terbuka aja," ujarnya.
Persyaratan, lanjut Dona, justru akan bertabrakan dengan semangat kebebasan yang ada di dalam punk. "Mereka ke sini cari kebebasan, tapi pas masuk ke dalam malah diatur-atur, kan aneh," ucap Dona.
Memang, selama didirikan, kata Dona, anggota di komunitas Melody Street Punk memang silih berganti, keluar dan masuk.
"Jenuh itu pasti ada, jadi banyak di antara mereka yang akhirnya enggak sanggup dan milih kerja kantoran," ucap Dona.
Sementara Geboy, yang sudah menerjuni dunia punk dari bangku SMP ini, mengatakan,  orang keluar masuk komunitas punk itu hal yang wajar.
"Ada pula yang menganggap ini (punk) hanya sebuah kenakalan remaja aja. Rasa jenuh pasti ada, tapi karena gue sudah jatuh cinta denga pemikiran ini gue enggak bisa lari walaupun jenuh sekalipun. Punk buat gue ada di hati," ujar Geboy.

1 komentar:

  1. Dimana Lokasi Komunitas Melody Street Punk Saya Mau Masuk Kalau Mau Jemput Gw Di Griya Bukit Jaya ya

    BalasHapus