Massa yang mengatasnamakan diri Street Punk Kediri ini menuju Balai Kota dengan berjalan kaki. Mereka langsung menggelar aksi layaknya pengunjukrasa, yakni dengan berorasi dan menyanyikan lagu-lagu tentang kebebasan yang syairnya mereka ciptakan sendiri.
"Kami bukan binatang. Satpol PP tunjukkan dirimu. Kami juga bukan kriminal. Kalian tidak berhak bertindak arogan," kata Refi Pandega, Kkoordinator Anak Punk. Pengunjukrasa berteriak-teriak memaki Satpol PP yang menurut mereka sudah bertindak kelewat batas.
Refi mengatakan, beberapa hari lalu sekitar tujuh anak punk, salah satunya perempuan, ditangkap petugas Satpol PP. Mereka diciduk di perempatan jalan saat sedang mengamen. Para punkers ini lantas dibawa ke kantor Satpol PP untuk didata.
Enam anggota punk laki-laki diminta menanggalkan pakaian dan aksesoris yang berlebihan, sehingga tinggal celana dan kaos yang melekat di badan. Rambut mereka juga dipotong dengan alasan supaya lebih rapi. Setelah itu punkers kembali dilepas dan diminta kembali ke rumah masing-masing.
Karena perlakuan itulah, punkers marah. Mereka tidak terima dan menuntut Satpol PP dibubarkan karena petugas juga telah merampas gitar dan peralatan mengamen anak punk yang dipakai untuk mencari nafkah sehari-hari.
Unjukrasa punkers itu tidak mendapat respon dari pemerintah. Tidak ada satu pejabat pun yang keluar dan menemui mereka. Pengunjukrasa sempat hendak menerobos pagar pintu Balai Kota namun tidak memiliki cukup keberanian setelah dihadang oleh puluhan anggota Satpol PP.
Kepala Satpol PP Ivantoro mengaku tidak gentar menghadapi punkers. Ia beralasan telah bertindak sesuai prosedur. Apalagi pihaknya sudah mendapat banyak laporan mengenai ulah punkers yang meresahkan masyarakat Kota Kediri, terutama pelajar yang sering mendapat gangguan. Ditambah lagi kekhawatiran para orangtua, para punk akan mempengaruhi anak-anak mereka.
Ivan mengatakan, dari hasil penertiban yang dilakukan oleh anggotanya, para punkers di Kediri rata-rata berasal dari luar kota seperti Nganjuk, Blitar, bahkan Sidoarjo. "Yang paling menyedihkan, kami dapat laporan, mereka kini bermarkas di belakang Stadion Brawijaya. Masyarakat mengatakan tempat itu digunakan untuk berbuat mesum," ujarnya.
Wakil Kepala Polresta Kediri Kompol Kuwadi mengatakan, sebelum Satpol PP turun ke jalan, pihaknya sudah mendata punkers dan menertibkannya. Totalnya ada 40 punk yang berkeliaran di jalan-jalan utama khususnya di perempatan.
Sejauh ini polisi belum menerima laporan terkait tindak kriminal yang dilakukan oleh punkers, namun laporan dari masyarakat yang mengaku resah dengan kehadiran dan ulah anak-anak punk sudah sangat banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar